Ide yang diusung sejak 1998 itu diperkirakan membutuhkan dana investasi sebesar Rp300 miliar per kilometer dari target panjang lintasan 100 kilometer. Total investasi yang diperlukan mencapai Rp30 triliun.
Dari materi rencana proyek kereta layang yang diperoleh VIVAnews dari Hutama Karya, perusahaan memperkirakan total pendapatan yang bisa diraih dari kereta layang khusus untuk jalur Bekasi-Semanggi bisa mencapai Rp406 miliar per tahun.
Pendapatan ini terbilang cukup tinggi, mengingat biaya operasional yang dibutuhkan untuk menjalankan kereta layang ini hanya sebesar Rp25,2 miliar per tahun. Biaya itu di antaranya digunakan untuk operasional Rp600 juta, biaya umum Rp1,2 miliar, dan biaya perawatan Rp300 juta.
Dengan nilai investasi sebesar Rp5,7 triliun untuk ruas Bekasi-Semanggi, Hutama Karya memperkirakan pengembalian investasi hanya akan memakan waktu 12 tahun. Sementara itu, tingkat pengembalian finansial (Internal Rate of Return/IRR) diperkirakan mencapai 22,5 persen.
Untuk tahap awal, Hutama Karya menargetkan pembangunan kereta layang Bekasi-Semanggi. Titik awalnya adalah dimulai dari pusat perbelanjaan Bekasi Square, sehingga pengguna kendaraan pribadi dapat menitipkan kendaraannya di pusat perbelanjaan itu, lalu melanjutkan perjalanan menuju Jakarta dengan kereta layang.
Hutama Karya akan membuat Cawang menjadi stasiun penghubung antarmoda angkutan, dari kereta layang, busway, bus kota hingga kereta api. Sementara itu, di Semanggi, kereta layang ini akan terintegrasi dengan MRT. "Nanti akan terintegrasi dengan moda transportasi massal di Jabodetabek," katanya.
Kereta yang dipilih adalah kereta listrik ataupun menggunakan kereta bertenaga matahari yang lebih ramah lingkungan. Alternatif ini, dia melanjutkan, sudah lumrah dilaksanakan di negara-negara lain untuk mengatasi kemacetan di daerah perkotaan.
"Kereta merupakan alat transportasi modern yang tepat waktu dan anti macet. Kalau naik kendaraan umum, Bekasi-Cawang bisa makan waktu dua jam kalau kena macet," katanya.