"Secepat mungkin lebih baik. Ini salah satu faktor untuk mendorong Myanmar agar bisa melaksanakan demokratisasinya," ujar Wakil Presiden Boediono kepada wartawan di pesawat menuju Jakarta, usai menghadiri KTT ASEAN ke-20 di Phnom Penh, Kamboja, Rabu, 4 April 2012.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menambahkan, bentuk sanksi yang diberikan sejumlah negara terhadap Myanmar berbeda-beda. Mulai dari pembatasan bepergian terhadap pejabat Myanmar hingga sanksi ekonomi. Namun, sanksi itu dinilai tidak tepat sasaran karena warga Myanmar ikut menjadi korban.
Marty menngatakan, Indonesia akan aktif meminta pencabutan sanksi tersebut. Indonesia akan menyampaikan permintaan pencabutan sanksi saat Perdana Menteri Inggris David Cameron datang ke Indonesia minggu depan.
KTT ASEAN ke-20 yang berlangsung 3-4 April 2012 itu juga membuat kesepakatan terkait masalah Laut China Selatan. Boediono menjelaskan negara-negara ASEAN sepakat untuk menyatukan pandangan terutama rincian dari code of conduct, sebelum berunding dengan China.
Code of conduct ini akan mengatur apa saja tindakan pengamanan Laut China Selatan dari konflik dan gangguan. ASEAN juga harus membuka komunikasi dengan China agar bisa merumuskan bersama keinginan yang perlu masuk dalam code of conduct.
Hasil KTT ASEAN ke-20 lainnya, negara ASEAN meminta Korea Utara mematuhi Keputusan Dewan Keamanan PBB terkait senjata nuklir. Seperti diketahui, Korea Utara berencana meluncurkan roketnya pada bulan ini.
Sementara dalam forum Brunei – Indonesia – Malaysia – Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) dibahas beberapa kegiatan pembangunan infrastruktur terkait konektivitas ASEAN seperti studi jalan antara Pontianak dengan Serawak, pembangunan Trans Borneo. Untuk jalur udara, tahun ini terdapat penambahan frekuensi antara Indonesia-Filipina.
Melihat besarnya minat adanya konektivitas antar negara ASEAN cukup besar, Boediono mengingatkan agar konektivitas antardaerah di Indonesia terus dibenahi. Saat ini konektivitas daerah Indonesia menjadi prioritas nomor satu. "Jangan sampai ketinggalan dengan
konektivitas yang berjalan antar negara di ASEAN ini. Saya kira sangat penting kita lebih cepat larinya daripada apa yang dilakukan ASEAN," ujar Boediono.
via VivaNews